Keluar dari dunia yang gelap

| Kamis, 27 Agustus 2015




Plato mengemukakan suatu mitos yang menggambarkan hal ini. Kita namakan ‘Mitos Gua’

Bayangkan beberapa orang yang tinggal dalam sebuah gua bawah tanah. Mereka duduk membelakangi mulut gua dengan tangan dan kaki terkekang sedemikian rupa, sehingga mereka hanya dapat memandang dinding belakang gua.

Dibelakang mereka ada dinding tinggi , dan dibelakang dinding itu lewat makhluk-makhluk yang menyerupai manusia, dan memegang berbagai benda diatas puncak dinding.  Karena ada api dibelakang benda ini, timbul bayangan yang berkejap-kejap di dinding belakang gua. Maka, satu-satunya yang dapat dilihat penghuni gua adalah permainan ini.

Mereka telah berada dalam posisi ini sejak dilahirkan. Maka, mereka mengira ‘hanya’ bayang-bayang itulah yang ada.

Bayangkan sekarang, bahwa salah seorang penghuni gua berusaha untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatannya. Hal pertama yang ingin diketahuinya adalah ‘Darimana asal semua bayang-bayang ini?’.
Menurutmu apa yang akan terjadi ketika dia berbalik dan melihat benda-benda yang dipegang diatas dinding?
Mula-mula dia silau karena cahaya yang terang. Dia juga terpesona ketika melihat benda-benda itu dengan jelas. Sebab sebelumnya dia hanya melihat bayang-bayang mereka.
Jika dia berusaha untuk memanjat dinding dan emlihat dunia luar, dia akan lebih takjub lagi. Tapi setelah mengusap matanya, dia akan terpesona oleh keindahan dari segala sesuatu. Untuk pertama kalinya, dia akan melihat warna-warna dan bentuk-bentuk yang jelas. Dia akan melihat binatang dan bunga yang sebenarnya, yang bayang-banayangnya didalam gua hanyalah refleksi yang suram. Bahkan sekarang, dia akan bertanya kepada dirinya sendiri darimana asal semua binatang dan bunga itu. Lalu, dia akan melihat matahari di langit, dan menyadari bahwa inilah yang memberikan kehidupan kepada binatang dan bunga tersebut.
Penghuni gua yang kegirangan itu kini dapat pergi ke luar, bahagia dengan kebebasan yang abru saja diperolehnya. Namun, sebaliknya, dia memikirkan semua orang lain yang masih tertinggal di dalam gua. Dia kembali. Begitu tiba disana, dia berusaha untuk meyakinkan para penguin gua bahwa bayang-bayang pada dinding gua itu hanyalah refleksi dari benda-benda ‘yang sebenarnya’. Mereka menunjuk ke dinding gua dan mengatakan bahwa yang mereka lihat itulah ynga sesungguhnya.

—Akhirnya mereka membunuh dia.

Itulah yang persis dialami Socrates.


0 komentar:

Posting Komentar

Next
▲Top▲